Tak seirama, seperti itulah dua kata yang mampu menggambarkan kondisi akreditasi masing-masing jurusan di Fakultas Teknik. Hal ini tak jarang menimbulkan pertanyaan. Apa penyebabnya?
Akreditasi merupakan standar penilaian dari suatu jurusan atau program studi yang dinilai oleh lembaga pemerintah dalam bidang pendidikan, BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi). Proses akreditasi ini bertujuan untuk menilai kelayakan dan kualitas kinerja dari suatu program studi atau jurusan itu sendiri dalam menjalankan sistem pendidikannya.
Untuk memperoleh nilai akreditasi, suatu program studi tentu harus melalui serangkaian langkah yang telah ditetapkan BAN-PT. Hal pertama yang harus dilakukan oleh suatu program studi atau jurusan adalah mengisi borang yang disediakan oleh pihak BAN-PT. Borang ini sendiri adalah kumpulan formulir-formulir yang harus diisi dengan berbagai informasi tentang satuan pendidikan yang akan diakreditasi. “Dalam pengisian borang ini, suatu program studi atau jurusan mendapat bimbingan serta pengarahan dari Badan Penjaminan Mutu Universitas (BPMU),” terang Dr. Eng. Made Sucipta, ST., MT., Pembantu Dekan I. BPMU ini sendiri merupakan lembaga yang bertugas menjamin mutu dari setiap jurusan dan program studi yang ada di lingkungan Universitas Udayana.
Setelah selesai mengisi borang secara menyeluruh dan lengkap, maka hasilnya akan dikirimkan lagi ke BAN-PT untuk dilakukan evaluasi. Setelah proses evaluasi borang ini, BAN-PT akan melakukan visitasi. Visitasi adalah kunjungan tim penilai dari BAN-PT yang bertujuan untuk membuktikan kebenaran isi dari borang yang telah dikirimkan oleh jurusan atau program studi yang bersangkutan.
Proses akreditasi suatu program studi tidak lepas dari peranan fakultas yang menaunginya. Dokumen borang yang telah disiapkan oleh program studi atau jurusan yang akan diakreditasi harus menyertai pula dokumen borang dari fakultas. “Penilaian dari BAN-PT itu meliputi 2 dokumen borang yaitu borang dari program studi dan borang fakultas,” ujar Sucipta. Proporsi untuk dokumen borang fakultas tidak terlalu besar yaitu 15%, sedangkan sisanya bergantung pada dokumen borang program studi atau jurusan itu sendiri.
Dalam proses akreditasi ini ada tujuh hal pokok yang dinilai BAN-PT. Hal pertama yang dinilai adalah visi misi dari program studi atau jurusan yang bersangkutan. Kemudian tata pamong pengelolaan dan kepemimpinan. Hal yang termasuk disini adalah jajaran kepengurusan dari jurusan itu sendiri. Hal ketiga yaitu mahasiswa dan alumni, termasuk didalamnya adalah prestasi yang diraih mahasiswa, waktu yang ditempuh dalam menamatkan pendidikan dan hal lain yang berkaitan dengan mahasiswa dan alumni. Hal keempat yang dinilai adalah Sumber Daya Manusia (SDM), yaitu penilaian terhadap dosen dan tenaga-tenaga lainnya dalam program studi atau jurusan tersebut. Poin kelima yaitu sarana dan prasarana. Kriteria penilaian berikutnya yaitu kurikulum yang diterapkan dalam sistem pendidikan yang berlaku. Hal pokok terakhir yang dinilai adalah penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Akreditasi suatu program studi berlaku selama lima tahun sejak nilai akreditasi ini dikeluarkan oleh BAN-PT. Setelah lima tahun masa berlakunya, maka akreditasi ini telah kadaluarsa. Maka program studi harus kembali melakukan proses akreditasi untuk memperoleh kembali nilai akreditasi.
Akreditasi ini sendiri memiliki pengaruh yang cukup besar bagi setiap elemen program studi atau jurusan. Bagi program studi atau jurusan itu sendiri, akreditasi ini memiliki nilai jual tersendiri. Apabila akreditasinya maksimal, maka jumlah peminat jurusan atau program studi tersebut dipastikan banyak yang akan berdampak positif bagi jurusan itu sendiri. “Jika peminatnya banyak, maka mahasiswa baru yang tersaring akan memiliki kualitas yang baik pula,” ujar Sucipta. Untuk alumni, akreditasi ini berpengaruh besar. Dalam menapaki dunia kerja, proses rekrutmen selalu melihat akreditasi dari jurusan asal pelamarnya. Semakin baik akreditasi yang terlampir, semakin besar peluang untuk diterima dalam pelamaran pekerjaan tersebut.
Bagaimana Akreditasi Masing-Masing Jurusan di Fakultas Teknik ??
Pada tahun 2011, akreditasi masing-masing jurusan di Fakultas Teknik rata-rata mendapat akreditasi B. Jurusan Teknik Mesin berhasil meraih akreditasi maksimal yaitu A. Akreditasi di Jurusan Teknik Arsitektur adalah B begitu pula dengan Jurusan Teknik Sipil dan Teknik Elektro. Sedangkan untuk Program Studi Teknologi Informasi masih dalam tahap untuk memperoleh akreditasi.
Jika dilihat sekilas dari hasil akreditasi tersebut, terjadi perbedaan akreditasi di antara masing-masing jurusan di Fakultas Teknik. Walaupun jurusan-jurusan tersebut berada di bawah atap yang sama yaitu Fakultas Teknik. Apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan akreditasi tersebut ?
Tentunya masing-masing jurusan memiliki kendalanya sendiri dalam hal akreditasi ini. Pada Jurusan Teknik Elektro misalnya, pada tahun ini mendapatkan akreditasi B. Akreditasi B ini, diperoleh pada tahun 2008 dan berlaku sampai tahun 2013. Pada akreditasi sebelumnya, Teknik Elektro juga mendapatkan akreditasi B. “Akreditasi di Teknik Elektro memperoleh B dari tahun ke tahun karena ada beberapa poin yang kurang, seperti pada penelitian dosen yang masih sangat minim,” ungkap Ketua Jurusan Teknik Elektro, Ir. I Nyoman Setiawan, MT.
Dari segi sarana dan prasarana, Jurusan Teknik Elektro tidak memiliki ruang dosen yang menjadi salah satu kriteria penilaian dalam akreditasi. “Jadi saat dosen melakukan bimbingan terhadap mahasiswanya, akan terasa cukup sulit. Bukan hanya itu saja, kurangnya minat dosen dalam melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat juga menjadi kendala tersendiri,” imbuh Nyoman Setiawan.
Senada dengan Jurusan Teknik Elektro, mulai tahun 2009 sampai tahun 2014, akreditasi Jurusan Teknik Sipil adalah B. Padahal pada akreditasi sebelumnya jurusan ini mampu meraih akreditasi dengan nilai maksimal yaitu A. Penurunan nilai akreditasi ini ditanggapi Kepala Jurusan Teknik Sipil saat ini , Ir. I Nyoman Arya Tenaya, ME., PhD., “Memang kelemahan kita ada pada publikasi ilmiah dosen dan penelitian yang didapat dari instansi-instansi. Kita juga perlu meningkatkan pengabdian masyarakat dan melakukan kerja dengan instansi pemerintah,” ujar Arya Tenaya.
Selain itu Jurusan Teknik Sipil juga memiliki kendala tersendiri di dalam memepertahankan akreditasinya. “Dari rasio jumlah dosen dan dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebenarnya sudah bagus, tetapi perlu ditingkatkan lagi,” terang Arya Tenaya. Dari segi sarana dan prasarana hal serupa yang terjadi pada Jurusan Teknik Elektro juga dialami oleh Jurusan Teknik Sipil, yaitu belum tersedianya ruang khusus untuk dosen. Bukan hanya itu saja, kendala lain yang dihadapi adalah kurangnya minat mahasiswa untuk mengikuti lomba-lomba yang ada, seperti Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS).
Jurusan Teknik Arsitektur juga memperoleh akreditasi yang sama dengan Jurusan Teknik Elektro dan Teknik Sipil yaitu B. Akreditasi B ini diperoleh pada tahun 2008 dan berlaku sampai tahun 2013. Kendala bagi Jurusan Teknik Arsitektur dalam hal akreditasi yaitu indeks prestasi rata-rata mahasiswa yang rendah sehingga menghambat jalan Jurusan Teknik Arsitektur dalam meraih nilai maksimal.
Bukan hanya itu, menurut Ketua Jurusan Teknik Arsitektur, Ir I Made Suarya, MT, kendala lain yang dialami Teknik Arsitektur adalah kurang terciptanya suasana akademis di kalangan dosen dan mahasiswa. “Suasana akademisnya kurang, hal ini mungkin disebabkan oleh jauhnya jarak kampus dengan tempat tinggal dosen dan mahasiswa yang sebagian besar tinggal di Denpasar,” ujar Made Suarya.
Dalam hal sarana dan prasarana, ruang dosen lagi-lagi menjadi kendala bagi Jurusan Teknik Arsitektur dalam hal akreditasi ini. Namun untuk akreditasi berikutnya, Jurusan Teknik Arsitektur telah menyiapkan ruangan dosen untuk meningkatkan nilainya dari sisi sarana dan prasarana.
Satu-satunya jurusan di Fakultas Teknik yang memperoleh akreditasi A tahun ini adalah Jurusan Teknik Mesin. Akreditasi A ini dikantongi Jurusan Teknik Mesin pada tahun 2011 dan akan berlaku sampai lima tahun kedepan. Akreditasi untuk jurusan ini mengalami peningkatan dari akreditasi yang sebelumnya yaitu B. Peningkatan nilai akreditasi ini karena adanya peningkatan di segala komponen di jurusan, utamanya adalah para dosen dalam hal penelitian. “Semua komponen yang ada di Teknik Mesin mengalami peningkatan, terutama pada para dosen yang telah memperbanyak penelitian,” terang Ketua Jurusan Teknik Mesin, I Nyoman Suprapta Winaya, ST, MASc, PhD. Di bidang sarana dan prasarana juga telah banyak mengalami pembenahan. Mulai dari ruang kelas yang telah menggunakan AC, juga sudah tersedianya wi-fi yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh komponen jurusan untuk melakukan akses internet.
Lain halnya dengan Program Studi Teknologi Informasi. Program studi yang baru dibuka pada tahun 2008 ini belum mengalami proses akreditasi sama sekali. Berbagai kendala dihadapai program studi baru ini dalam memperoleh akreditasi. “Karena ini yang pertama kali jadi ada beberapa kendala yang kurang memuluskan jalan kami dalam akreditasi,” terang Ketua Program Studi Teknologi Informasi , Dr. I Ketut Gd. Darma Putra, S.Kom., MT..
Salah satu pokok penilaian dalam akreditasi oleh BAN-PT ini adalah lulusan atau alumni dari program studi ini. Karena belum memiliki lulusan, tentunya akan sulit bagi Program Studi Teknologi Informasi dalam mendapatkan nilai yang maksimal. Selain itu, kendala lain yang dialami adalah masalah ijin pergantian nama dari Teknik Informatika menjadi Teknologi Informasi dari Dikti, yang sampai saat ini belum keluar. Pada dokumen borang akreditasi yang telah dikirimkan terhitung tanggal 15 November 2011 tersebut, tercantum nama Program Studi Teknologi Informasi, bukan Teknik Informatika lagi. “Dalam akreditasi ini, kami menggunakan nama Teknologi Informasi, karena seluruh persyaratan pergantian nama telah kami lakukan, hanya menunggu surat dari Dikti saja,” ujar Darma Putra.
Meskipun sederetan kendala dihadapai program studi TI, ada beberapa aspek yang diyakini Darma Putra akan memberikan poin tinggi dalam penilaian akreditasi ini. “TI mempunyai beberapa komponen nilai yang cukup tinggi yang dapat menutupi kekurangan tersebut, seperti publikasi dan penelitian dosen yang sudah produktif,” terang Darma Putra. Meskipun demikian, Darma Putra tidak menargetkan nilai akreditasi apapun. Yang terpenting baginya yaitu Program Studi Teknologi Informasi telah terakreditasi.
Ketika Maestro bertanya tentang kaitan budaya membatik pada hari Rabu dengan proses akreditasi, Darma Putra mengatakan hal tersebut tidak ada hubungannya dengan akreditasi. Budaya Rabu membatik tersebut merupakan wujud manifestasi dari visi program studi ini yaitu menjadi Program Studi Teknologi Informasi yang unggul, terkemuka, dan berbudaya. Dengan batik inilah Teknologi Informasi turut serta dalam melestarikan salah satu dari warisan budaya tanah air.
Apa Tanggapan Pihak Dekanat? Strategi Apa yang Dilesatkan Fakultas Teknik dalam Hal Akreditasi ?
Perbedaan akreditasi yang terjadi pada jurusan-jurusan di Fakultas Teknik ini telah mendapat cukup tanggapan dari pihak dekanat. “Perbedaan akreditasi ini bisa saja terjadi, meskipun jurusan-jurusan tersebut berada di atap yang sama, namun kondisi akademisnya tentu saja berbeda. Keadaan dosen, prestasi yang diukir oleh mahasiswa, penelitian, visi misi dan banyak hal lainnya tentu akan berbeda untuk setiap jurusannya,” terang Prof. Ir. I Wayan Redana, MASc., PhD. , Dekan Fakultas Teknik.
Beberapa usaha pun telah dilakukan untuk meningkatkan akreditasi jurusan-jurusan yang ada di Fakultas Teknik. Salah satu upaya yang dilakukan Fakultas Teknik adalah dengan mengadakan pelatihan dosen secara berkala untuk meningkatkan teknis mereka dalam memberikan pembelajaran. Pihak dekanat juga mewajibkan seluruh dosen di Fakultas Teknik untuk melakukan minimal 1 publikasi setiap tahunnya. “Salah satunya adalah diberlakukannya ketentuan baru bagi para dosen untuk setidaknya melakukan minimal satu publikasi setiap tahunnya, seperti seminar, jurnal, dan konferensi,” ujar Wayan Redana.
Masing-masing jurusan pun telah menerapkan usaha-usahanya tersendiri dalam meningkatkan akreditasinya bagi yang belum maksimal, dan untuk mempertahankan akreditasi A yang telah dikantongi. Misalnya untuk Jurusan Teknik Aritektur yang akan melakukan proses akreditasi lagi di tahun 2012. Jurusan Teknik Arsitektur telah menyiapkan ruangan dosen yang disediakan untuk meningkatkan poin pada nilai sarana dan prasarana. Selain itu dosen-dosen arsitektur kini banyak yang tengah melanjutkan studinya untuk mendapatkan gelar Doktor. Kurikulum di jurusan ini pun kini sedang dievaluasi. “Tim untuk melakukan evaluasi kurikulum ini telah dibentuk. Kurikulum ini akan dirombak terutama pada mata kuliah Studio yang mempunyai porsi sks yang besar,” ujar Made Suarya.
Jurusan Teknik Elektro juga telah melakukan usaha-usaha untuk menghadapi akreditasi berikutnya. Teknik Elektro berupaya untuk meningkatkan produktivitas penelitian dan pengabdian masyarakat oleh dosen, dengan menganggarkan dana tersendiri. Usaha ini telah diwacanakan dalam rencana kerja di tahun 2011. Kurikulum pendidikannyapun telah mengalami perombakan untuk menekan lama studi mahasiswa.
Teknik Sipil yang ingin memperoleh lagi nilai akreditasi A juga telah menyiapkan usaha-usaha tersendiri. “Saya dan teman-teman dosen pengajar akan mengkaji ulang kurikulum yang ada. Kerja Kuliah Nyata (KKN) mungkin akan masuk lagi ke dalam matakuliah kurikulum inti,” terang Arya Tenaya. Selain itu upaya lain yang dilakukan adalah dengan meningkatkan jumlah proposal penelitian. Banyak tenaga pengajar di Teknik Sipil yang sedang menempuh pendidikan S3 di luar negeri. Dengan kembalinya mereka diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan sehingga akreditasi untuk jurusan Teknik Sipil dapat meningkat.
Bagi jurusan Teknik Mesin, mempertahankan akreditasi A merupakan tantangan tersendiri bagi segenap civitas akademikanya. “Itulah tugas dan tantangan bagi kami untuk mempertahankan akreditasi A ini. Kami akan terus melakukan evaluasi secara berkala untuk dapat memepertahankan ini,” ungkap Nyoman Suprapta Winaya.
Dalam proses akreditasi ini kontribusi mahasiswa sangatlah besar dalam proses penilaian. Banyak hal yang dapat dilakukan mahasiswa untuk meningkatkan akreditasi jurusan atau program studinya. “Tentunya mahasiswa dapat turut ambil bagian dalam meningkatkan nilai akreditasi. Caranya adalah dengan berusaha meraih nilai indeks prestasi yang bagus,” ujar Redana.
Tidak hanya dengan mendapatkan indeks prestasi yang maksimal, namun juga dengan menyumbangkan prestasi, baik itu prestasi di bidang akademis maupun akademis. Selain itu dengan aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan juga akan menambah nilai akreditasi di jurusan yang dinaungi oleh mahasiswa tersebut. “Mahasiswa harus berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaan. Bagi mahasiswa yang memperoleh prestasi harap untuk melapor ke jurusan dan juga ke pihak dekanat,” pesan Wayan Redana.
Lama studi yang ditempuh oleh mahasiswa juga menjadi salah satu poin penilaian dalam proses akreditasi. Sebagai mahasiswa, diharapkan mampu untuk menuntaskan semua sks tepat pada waktunya. Jika lama studi ini diselesaikan tepat waktu atau bahkan lebih awal dari yang ditargetkan oleh jurusan maka akan memberikan dampak positif pada akreditasi berikutnya.
Melihat pentingnya akreditasi ini bagi seluruh civitas akademika yang terkait, maka seluruh komponen diharapkan bekerjasama demi mewujudkan nilai akreditasi yang maksimal. Untuk kedepannya Wahyu Widiatmika, mahasiswa Jurusan Teknik Sipil 2010 berharap agar seluruh jurusan di Fakultas Teknik memperoleh akreditasi A. “Saya berharap akreditasi di masing-masing jurusan itu sama, artinya tidak ada perbedaan lagi. Semua jurusan di Fakultas Teknik mempunyai akreditasi A sehingga semua mahasiswa yang lulus bisa memperoleh pekerjaan sesuai jurusannya masing-masing.”
Hal senada juga diungkapkan oleh Lani Ratnasari, mahasiswa Teknik Arsitektur 2010. Ia berharap untuk kedepannya, akreditasi di masing – masing jurusan dapat seimbang. “Mahasiswa harus dapat memberikan kontribusi yang relevan kepada program studi atau jurusannya sehingga tiap-tiap program studi atau jurusan tersebut dapat mencapai akreditasi maksimal.” (arn, hdi, fbr, sgt)